Rabu, 14 Desember 2016

Cara Menanam Singkong Gajah dengan Teknik Jitu Hasil Melimpah


Singkong gajah merupakan salah satu jenis singkong unggulan dari Kalimantan Timur yang mempunyai berat mencapai 40 kg per pohon. Tanaman ini bisa tumbuh dengan baik di dataran tinggi maupun dataran rendah, tetapi singkong tidak bisa tumbuh baik di daerah rawa atau tempat yang sering tergenang air.
Saat ini budidaya singkong menjadi salah satu alternatif pertanian untuk mendapatkan penghasilan lebih. Tingginya permintaan singkong untuk sekala industri sehingga membutuhkan singkong dalam jumlah besar. Hal ini bisa menjadi peluang usaha untuk membudidayakan tanaman singkong gajah.

Panduan Teknis Cara Menanam Singkong Gajah


Lokasi yang bagus untuk menanam singkong gajah yakni yang berada di ketinggian 10 sampai 700 meter di atas permukaan laut. Sedangkan curah hujan yang turun berkisar 1.500-2.500 mm/tahun dengan kondisi suhu udara minimal 10 °C dan kelembaban 60-65%. Sedangkan bila ditanam di suhu kurang dari 10 °C akan menyebabkan terhambatnya proses pertumbuhan.
Usahakan lahan tempat menanam berada di tempat yang terkena sinar matahari selama 10 jam setiap harinya. Hal ini akan berdampak baik untuk pertumbuhan dan kesuburan tanaman singkang gajah. Singkong gajah merupakan jenis tanaman yang mudah dibudidayakan di segala jenis lahan, asalkan tidak terendam air dan ada naungan.
Daya tumbuh tanaman ini cukup mengagumkan, bahkan di lahan tanah berpasir kurang subur masih bisa menghasilkan umbi rata-rata 15 kg/batang. Untuk mendapatkan hasil terbaik Anda bisa menanamnya di tanah dengan tekstur remah, gembur, tidak terlalu liat, tidak terlalu berpori dan kaya bahan organik. Selain itu Anda juga harus memperhatikan keasaman tanah sesuai untuk budidaya singkong berkisar antara 4,5 – 8,0 dengan pH ideal 5,8.

Memilih Bibit Unggul

Singkong merupakan tanaman yang paling mudah proses pembibitannya karena tidak memerlukan media lain seperti pot atau polybag. Proses pembibitannya juga tidak membutuhkan waktu yang lama, karena bibit diambil dari batang tanaman induk. Sebaiknya indukan yang diambil untuk bibit minimal berusia 10-20 bulan.
Pilihlah batang yang kuat dan bebas dari penyakit, memiliki pertumbuhan normal, sehat dan seragam. Pilih batang yang telah berkayu dengan diamater ± 2,5 cm, lurus dan belum ada tumbuh tunas-tunas baru. Kualitas dari bibit yang digunakan akan sangat berpengaruh pada pertumbuhan dan hasil budidaya singkong gajah, oleh kerena itu pastikan Anda untuk memilih bibit terbaik.

Membuat Lahan Budidaya Singkong Gajah

Lahan untuk Menanam Singkong Gajah

Lahan yang baik akan membuat tanaman bisa tumbuh dengan subur sehingga bisa menghasilkan umbi singkong yang berkualitas. Langkah awal dalam menyiapkan lahan tanam adalah dengan memberishkan lahan dari berbagai tanaman gulma, batu serta sisa-sia akar tanaman. Hal ini bertujuan untuk meminimalisir gangguan yang bisa menghambat pertumbuhan singkong gajah.
Setelah lahan dibersihkan langkah selanjutnya adalah membuat tanah menjadi lebih gembur dengan cara di bajak. Butlahlah bedengan untuk mempermudah perawatan tanaman singkong gajah. Pada proses ini berikan kaptan (dolomite) sebanyak 1-2.5 ton/ha, berikan kapur ini bersamaan dengan pemberian pupuk kandang. Sedangkan untuk masa pemupukan sebaiknya menggunakan pupuk cair organik MiG-6 Plus.
Dengan begitu maka penggunaan pupuk kimia akan berkurang sampai dengan 50%. Secara tidak langsung hal tersebut akan menghemat biaya untuk pemupukan. 3 hari sebelum proses penanaman berikan 2 liter MiG-6 Plus dengan dosis 1 liter MiG-6 Plus dicampur 200 liter air. Semprotkan pupuk tersebut pada lahan yang akan ditanami singkong.

Menanam Singkong Gajah

Proses penanaman singkong gajah dilakukan 3 hari setelah persiapan lahan selesai. Waktu menanam yang baik yakni ketika awal musim hujan, atau pada masa setelah panen padi. Anda bisa menanam bibit singkong dengan  jarak tanam 80 x 120 cm, dimana dalam satu hektar lahan bisa ditanami sekitar 7.500-10.000 batang.
Sebelum bibit ditanam sebaiknya dilakukan perendaman dahulu dengan menggunakan pupuk hayati MiG-6 Plus yang telah dicampur dengan air selama 3-4 jam. Cara menanam bibitnya dilakukan dengan meruncingkan bagian ujung stek. Kemudian tanam bibit dengan kedalaman sekitar 5-10 cm atau sepertiga panjang bibit. Bila kondisi tanah cukup keras, stek bisa ditanam dangkal saja.

Proses Pemeliharaan Budidaya Singkong Gajah

Perawatan Singkong Gajah


Saatnya masuk pada proses paling penting dalam budidaya singkong, yakni pemeliharaan tanaman. Proses pemeliharaan ini mencakup pemupukan, pengairan, pembersihan lahan dari tanaman gulma, hama dan penyakit. Untuk pemupukan susulan diberikan ketika tanaman berumur 2 bulan yakni dengan memberikan MiG-6 Plus sebanyak 2 liter, kemudian pemebrian pupuk dilakukan setiap 2 bulan sekali dengan dosis yang sama sampai tanaman berumur 8 bulan.
Selain memberikan pupuk organik, ketika tanaman berumur 60-90 hari juga diberikan pupuk kimia. Pupuk yang diberikan berupa Urea: 85 kg dan KCL: 85 kg. 5 hari setelah masa tanam sebaiknya juga diberikan pupuk NPK berupa campuran TSP/SP36: 75 kg dan KCL: 50 kg pada lahan 1 hektar.
Dosis untuk satu bibit tanaman diberikan pupuk sebanyak 22.5 gram dengan cara ditugal. Berikan jarak antara lubang pupuk dengan tanaman sekitar 15 cm dengan kedalaman 10 cm. Selama proses pemupukan ini periksa juga apakah ada bibit yang mati atau tidak tumbuh tunas, bila ada segera ganti dengan bibit yang baru.
Perawatan selanjutnya adalah penyiangan dan pembersihan tanaman gulma. Dalam satu kali masa tanam biasanya dilakukan penyiangan sebanyak 2 kali. Selama masa penyiangan lakukan juga pengemburan tanah di sekitar tanaman agar tanaman bisa tumbuh dengan maksimal.
Cara menanam singkong gajah selanjutnya adalah dengan melakukan pemangkasan cabang yang tidak diperlukan. Hal ini dilakukan agar hanya tersisa cabang yang berkualitas sehingga ketika panen cabang bisa digunakan sebagai bibit. Upayakan untuk membuat tanaman singkong agar dalam keadaan lembab tetapi tidak tergenang air sampai umur 5 bulan setelah tanam.
Ketika tiba musim kemarau lakukan penyiraman dengan cara mengenangkan air di selah-selah bedengan. Hal ini bertujuan agar air meresap ke dalam tanah dan mudah diserap oleh akar tanaman. Cara penyiraman ini bisa dilakukan setiap 2 minggu sekali.
Untuk hama dan penyakit tidak perlu khawatir, karena tanaman ini memiliki ketahanan yang baik terhadap serangan hama dan penyakit. Jadi Anda tidak perlu menggunakan pestisida. Kalaupun ada semut Anda bisa menggunakan Decis dosis 2 ml per liter air.

Panen Budidaya Singkong Gajah


Panen Budidaya Singkong Gajah

Setelah selesai mempelajari cara menanam singkong gajah yang baik, tiba saatnya untuk memanen hasil dari budidaya tanaman ini. Singkong gajah sudah mulai bisa dipanen ketika memasuki usia 8 bulan bila tujuannya untuk dijadikan bahan makanan. Tetapi bila ingin dijadikan tepung sebaiknya penen dilakukan ketika singkong berusia 10 bulan.
Salah satu ciri tanaman singkong sudah siap untuk dipanen bisa dilihat dari daunnya yang mulai menguning dan berguguran. Lakukan pemangkasan batang sampai sepertiganya atau sekitar 15 cm sehingga memudahkan untuk mencabutnya. Jangan menggunakan cangkul karena dikhawatirkan akan mengenai umbi singkong.
Pada saat panen ini Anda sekaligus bisa mengambil bibit dari batang-batasau tajam, lalu potong-potong menjadi ukuran sekitar 20 cm. Ketika akan dikirim, bibit cukup diikat tali rafia dan dikemas dalam karung plastik.
Semoga informasi cara menanam singkong gajah ini bisa membantu Anda dalam melakukan budidaya tanaman ini.

Kamis, 08 Desember 2016

Cara Membedakan Sayuran Organik Dengan anorganik

Istimewa


ren hidup sehat yang semakin meningkat mendorong masyarakat untuk mengkonsumsi sayuran organik daripada non organik. Alasannya sederhana saja karena sayuran organik lebih aman dikonsumsi karena saat dibudidayakan tidak menggunakan bahan kimia baik pada saat pemupukan maupun pada saat dilakukan penyemprotan hama.
Dilansir Genius Beauty, para ilmuwan melakukan penelitian terhadap buah-buahan organik dan nonorganik, sayur-sayuran, gandum, daging, ayam dan burung, telur, serta susu dan hasil yang dilaporkan adalah mereka tidak menemukan perbedaan antara makanan konvensional dan organik.
"Banyak penelitian yang tidak merinci standar apa yang bisa disebut makanan organik harganya bisa mencapai dua kali lipat dari makanan non organik," ungkap para peneliti tersebut lewat Annals of Internal Medicine.


Intinya, dalam proses analisis mereka, para ahli dari Stanford tidak menemukan bukti bahwa makanan organik lebih bergizi atau kurang berbahaya bagi kesehatan.
"Jumlah vitamin dan nutrisi yang terkandung di dalamnya adalah sama seperti pada produk-produk (kecuali untuk fosfor - lebih dari itu terkandung dalam "organik" makanan)," ungkap peneliti.
Meski demikian, diperlukan ketelitian dalam membedakan sayuran organik maupun non organik. Berikut ini perbedaannya :
1. Perhatikan label sayurannya. Sayur organik biasanya ada label organik.
2. Sayuran organik tidak menggunakan pupuk buatan. Jika sayuran biasa menggunakan pupuk urea, KCL maka sayuran organik memakai pupuk kandang atau kompos.
3. Sayuran organik tidak menggunakan pestisida kimia. Saat dilakukan penyemprotan sayuran organik tidak menggunakan bahan-bahan kimia melainkan menggunakan predator yang ada di alam

Perbedaan Sistem Pertanian Organik Dengan An-Organik





Untitled



Saat ini, bahan-bahan makanan yang berasal dari pertanian organik sedang populer di masyarakat Indonesia.
Maka tak heran, jika sejak dua tahun terakhir banyak sayuran-sayuran, buah-buahan organik yang dijual di pasar tradisional dan pasar modern.
Sebenarnya jika dipelajari, sayuran dan buah organik merupakan hasil dari pertanian organik dengan cara bercocok tanam tanpa menggunakan bahan kimia.
Sehingga mampu menghasilkan bahan pangan yang bergizi tinggi, sehat, tanpa bahan kimia, dan tidak merusak lingkungan disekitar pertanian
Selain itu, masyarakat yang mulai mengutamakan kesehatan dengan mulai memilih bahan pangan organik.
Menjadi faktor penting semakin bertambah petani yang menerapkan sistim pertanian organik, karena dengan banyaknya masyarakat yang lebih memilih bahan pangan organik membuat permintaan bahan pangan organik semakin meningkat dan menjadi ladang bisnis yang menguntungkan bagi petani.
Saat ini pemerintah Indonesia sedang berusaha menerapkan program pangan sehat, untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat menggunakan bahan pangan organik dan menyarankan para petani agar menggunakan teknik pertanian organik dari pada sistem pertanian anorganik (konvensional).
Pada dasarnya, pertanian organik dan anorganik menggunakan teknik yang hampir sama. Namun, yang menjadikan keduanya berbeda adalah penggunaan pupuk. Jika di pertanian organik bahan-bahan dasar yang digunakan bersifat aman dan tidak merusak alam, karena bahan dasar pembuatannya dari alam.
Sedangkan pupuk anorganik lebih banyak menggunakan bahan-bahan yang terbuat dari kimia, sehingga proses panen tanaman lebih cepat.
Perbedaan pertanian organik dan pertanian anorganik dapat dilihat dari beberapa aspek, antara lain ;
  1. Proses Persiapan dan Pemilihan Bibit

Bibit pada pertanian organik berasal dari tanaman alami, namun pada pertanian anorganik bibit berasal dari hasil rekayasa atau persilangan genetik.
  1. Proses Pengolahan Tanah

Pada pertanian Anorganik sebagian besar menggunakan traktor mesin, sehingga tanah menjadi padat dan mengakibatkan organisme tanah mati.
Sedangkan pada pertanian organik  tanah diolah seminimal mungkin, sehingga organime tanah tetap hidup dan memperkecil risiko kerusakan tanah.
  1. Proses Persemaian atau Persiapan Penanaman Bibit

Pertanian organik dilakukan secara alami tanpa pestisida, sedangkan pertanian Anorganik dilakukan dengan pestisida dan bahan kimia.
  1. Proses Penanaman

Pada pertanian organik saat proses penanaman hingga panen menggunakan teknik sejenis Bibit dan tidak ada kombinasi, sementara di pertanian organik terdapat macam-macam jenis tanaman dengan kombinasi tanaman pendamping dan tentunya menggunakan penataan tanaman yang lebih baik dari pertanian organik.
  1. Proses Pengairan

Pertanian organik menggunakan air bersih dan bebas dari bahan kimia untuk pengairan, sedangkan pada pertanian organik menggunakan air yang sudah dicampur dengan pestisida dan bahan kimia untuk menjaga tanaman tetap sehat serta mempercepat pertumbuhan.
  1. Proses Pemupukan

Pertanian anorganik menggunakan pupuk kimia buatan pabrik, sedangkan sebagian besar pertanian organik menggunakan pupuk kandang dan kompos buatan petani sendiri.
  1. Proses Pengendalian Hama dan Penyakit

Pertanian organik menggunakan pestisida dan zat kimia lainnya, sedangkan pertanian organik menggunakan pengendalian dengan manual dan pertimbangan alam.
  1. Proses Panen Produksi

Hasil panen pertanian organik lebih bersih dan sehat untuk dikonsumsi, sementara hasil  pertanian anorganik kurang baik dan kemungkinan sudah tercemar zat kimia.